Dia adalah Abu Ayub Al Anshari Al Khazraji,
An-Najjari dan Al Badri.
Nama aslinya adalah Khalid bin Zaid bin
Kulaib.
Dia seorang pemimpin besar yang diutus oleh
Nabi SAW secara khusus untuk singgah di bani Najjar hingga dibangunkan untuknya
kamar untuk Ummul Mukminin Saudah dan sebuah masjid yang mulia.
Diriwayatkan dari Ayub, dari Muhammad, dia
berkata, “Ayub ikut serta dalam perang Badar, kemudian tidak pernah tertinggal
dalam peperangan yang lain kecuali selama satu tahun. Dia telah dijadikan
sebagai pemimpin tentara sejak berusia muda. Dia kemudian merasa tidak enak
lalu berkata, ‘Tidak apa-apa bagiku jika ada yang ingin menggantiku’. Setelah itu
dia sakit, lalu kepemimpinan dipegang oleh Yazid bin Mu’awiyah. Yazid menjenguknya seraya
berkata, ‘Apakah kamu punya keinginan?’ Abu Ayub menjawab, ‘Ya, jika aku
mati maka bawalah aku ke negeri musuh jika kamu bisa. Jika tidak bisa maka
kuburlah aku kemudian pulanglah’.
Setelah dia wafat Yazid membawanya ke
negeri musuh kemudian menguburnya. Dia berkata, ‘Allah SWT berfirman, انْفِرُوْا خِفَافًا
وَثِقَالاً “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa
berat”. (Qs.
At-Taubah [9]: 41) Jadi, tidak ada jalan lain, aku harus berangkat, walaupun
terasa berat’.”
Al Waqidi berkata, “Abu Ayub meninggal ketika Yazid
berperang pada masa kekhalifahan ayahnya, melawan Konstantinopel.”
Aku mendapat berita bahwa orang-orang
Romawi sangat mengagungkan kuburannya, mengunjunginya, dan meminta hujan
kepadanya. Hal itu diceritakan oleh Urwah dan sekelompok jamaah di negeri
Badar.
Ibnu Ishaq berkata, “Abu Ayub ikut
dalam bai’at Aqabah yang kedua.”
Al Khathib berkata, “Dia ikut
memerangi orang-orang Khawarij bersama Ali.”
Diriwayatkan dari Abu Ruhm, ia berkata: Abu
Ayub pernah bercerita kepadanya, bahwa Rasulullah SAW pernah singgah di rumahku
bagian bawah, sedangkan aku berada di dalam kamar, lalu aku menuangkan air di
dalam kamar, setelah itu aku dan Ibnu Ayub keluar dengan membawa selimut kami
dan juga air, lalu kami turun. Aku lalu berkata, “Ya Rasulullah, tidak sepantasnya
kami berada di atasmu, pindahlah ke kamar.” Beliau kemudian mengambil
perbekalannya —yang ketika itu hanya sedikit— lalu aku berkata, “Wahai
Rasulullah, jika engkau mendapat kiriman makanan, maka aku memperhatikannya.
Kemudian jika aku melihat bekas jarimu, aku pun meletakkan tanganku ke
dalamnya.”
Diriwayatkan dari Salim, dia berkata, “Aku menikah,
lalu Ayahku mengundang orang-orang, yang di antara mereka ada Abu Ayub. Mereka
kemudian menutup rumahku dengan kain penghalang berwarna hijau. Tak lama
kemudian datang Abu Ayub sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu dia
melihat ternyata rumah tertutup. Dia berkata, ‘Wahai Abdullah, apakah kalian yang
menutupi dinding?’ Ayahku menjawab sambil tersipu malu, ‘Kami dikalahkan oleh wanita-wanita
wahai Abu Ayub’. Dia berkata, ‘Siapa yang aku takutkan untuk dikalahkan wanita maka aku tidak
menjamin mereka tidak mengalahkanmu. Aku tidak akan masuk rumahmu dan tidak
akan memakan makananmu’.”
Diriwayatkan dari Habib bin Abu Tsabit,
bahwa Abu Ayub pernah menghadap Ibnu Abbas di Bashrah, lalu dia mengosongkan
rumahnya, kemudian berkata, “Aku akan memperlakukanmu sebagaimana kamu memperlakukan Rasulullah
SAW, berapa utangmu?” Dia menjawab, “Dua puluh ribu.” Dia pun memberinya empat puluh ribu, dua puluh budak, dan perabotan
rumah tangga.
Abu Ayub wafat tahun 52 Hijriyah.
Comments
Post a Comment